Oleh: Tito Yuwono
Adu domba, harus ditinggalkan
Menyebabkan permusuhan
Merusak ukhuwah dan persatuan
Berakhir pada pengrusakan dan pembunuhan
Adu domba sangat dicela
Dikubur mendapat siksa
Diakhirat, terancam tinggal di neraka
Menyesal tiada tara
Kita mesti hati-hati
Menelaah setiap informasi
Menata hati
Tidak emosi
Jika berjumpa
Orang adu domba
Kita nasehati segera
Agar api fitnah tidak kemana-mana
Sering kita dengar atau kita baca berita berkaitan dengan perkelahian maupun penganiayaan. Tidak jarang juga kita saksikan perkusi terhadap Ustadz maupun perusakan Masjid, serta perkelahian antar kampung. Hal tersebut banyak dipicu oleh pihak ketiga yang melakukan adu domba, baik antar perseorangan maupun antar kelompok. Dampak adu domba ini adalah munculnya sikap permusuhan serta merusak ukhuwah maupun persatuan. Dampak yang lebih parah lagi adalah sampai pada pembunuhan atau penghilangan nyawa seseorang.
Adu domba dalam Bahasa agama adalah namimah. Agama kita sangat mencela perbuatan yang mengarah kepada adu domba. Namimah ini biasanya menyampaiakan sesuatu yang kemudian menjadikan tidak senang baik yang diceritakan maupun yang mendengar. Dalam konteks sekarang, namimah ini banyak model. Bukan hanya secara langsung melalui lesan, namun juga bisa melalui jalur media sosial. Bisa melalui tulisan-tulisan ataupun poster yang profokatif. Kemudian yang mendengar atau yang membaca akan merasa panas hati, mucul kebencian, dan akhirnya jika tidak emosi tidak terkawal aka nada action melakukan perbuatan criminal atau melawan hokum, seperti pembunuhan, perngrusakan, maupun perkusi. permusuhan dan perkelahian antar kelompok. Seringkali tindakan namimah ini dilakukan dengan banyak tujuan, yaitu selain mengadu domba juga ingin mengejar rating tinggi di youtube untuk mendapatkan banyak penonton sehingga akan mendapatkan uang. Tentu cara-cara seperti ini tidak dibenarkan dalam agama. Agama mengutuk keras perbuatan seperti ini.
Dalil larangan dan ancaman namimah
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Artinya: “Tidak masuk surga bagi pelaku namimah.” (HR Imam Muslim)
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Artinya:” Nabi ﷺ melewati dua kuburan, lalu Beliau bersabda, “Sesungguhnya keduanya ini disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa dalam perkara yang berat (untuk ditinggalkan). Yang pertama, dia dahulu tidak menutupi dari buang air kecil. Adapun yang lain, dia dahulu berjalan melakukan namimah”. Kemudian Beliau ﷺ mengambil sebuah pelepah kurma yang basah, lalu membaginya menjadi dua, kemudian Beliau menancapkan satu pelepah pada setiap kubur itu. Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, Mengapa Anda melakukannya”. Beliau ﷺ menjawab: “Semoga Allâh meringankan siksa keduanya selama (pelepah kurma ini) belum kering. (HR Imam Bukhori)
Allah Ta’ala berfirman dalam Quran surat Alqolam ayat 10 dan 11:
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ
Artinya: Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
هَمَّازٍ مَّشَّآءٍۭ بِنَمِيمٍ
Artinya: Yang banyak mencela, yan berjalan kian ke mari untuk berbuat namimah
Ikhtiar Menghindari Pengaruh namimah
Dampak negatif namimah sangat besar karena memunculkan permusuhan. Oleh karena kita harus menghindari pengaruh namimah ini. Beberapa ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah:
Jika kita menerima informasi, baik itu yang tingkatannya perorangan maupun dalam lingkup lebih besar, maka kita harus bijak dalam menyikapi informasi yang datang. Informasi yang datang jangan ditelan mentah-mentah, tapi harus kita cerna dan telaah dengan baik. Tidak perlu emosi dalam merespon. Namun tetap tenang dengan hati yang lapang dan jernih pikiran. Janganlah kita menjadi pribadi yang mudah diadu domba.
Ketika kita mendapati ada yang menyampaikan berita berupa namimah, hendaknya kita segera menasehatinya dengan baik. Kita sampaikan secara asertif bahwa potensi dampak yang diakibatkan dari berita yang disampaikan akan memunculkan permusuhan. Keberanian ini harus ada dalam diri kita. Kesungkanan kita dalam memberikan peringatan akan berdampak kepada kerusakan yang lebih luas.
Demikian tulisan singkat ini, semoga Allah Ta’ala jauhkan kita dari sifat namimah ini dan Allah Ta’ala menjadikan kita, umat yang tidak mudah diadu domba
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, dan Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta.